Cari Blog Ini

Kamis, 09 November 2017

Silahkan dibaca !!! kisah ketua PHBI kita, Udil & Emot :-D

“Jangan dekati aku... jangan pernah sentuh hatiku.”
Ujarnya dengan suara parau, cairan-cairan halus itu menggenang di kantung matanya, menutupi keindahan bola mata coklatnya. Aura kesedihan terpahat jelas di sana, dari nada bicaranya, dari redup wajahnya. Gadis semolek itu, membiarkan tubuhnya kurus-kerontang, mungkin digerogoti oleh cinta yang mengatasnamakan kesetiaan. Yah, dia selalu menyebutnya ingin setia pada satu hati bila kumencoba mendekatinya. Akh, dia terlalu setia pada lelaki yang tidak benar-benar setia padanya. Tapi kenyataannya, kulihat dia sangat menderita dengan prinsip yang dianutnya.
“Aku hanya ingin menghidupkan sinar matamu. Sudah lama tak kulihat binar di wajahmu. Kamu sangat manis bila tersenyum.” Godaku, mencoba lebih keras meyakinkannya.
Melihatnya terluka, aku ikut pilu. Ingin sekali kuhapus butir-butir air matanya dan melabuhkan tubuhnya di dada, namun tak ada keberanian untuk melakukan itu. Dia gadis yang beda, yang menganut paham tidak ingin disentuh, dipeluk dan dicium sebelum janur kuning melengkung di depan rumahnya. Betapa hanya lelaki beruntung yang dapat menyentuhnya. Tetapi dia sangat menderita, lihatlah wajahnya yang semula semerah delima kini tampak pias, matanya selalu sembap seperti tak pernah bosan menangis. Menangisi pria yang menurutku sangat bangsat! Namun dia masih sangat setia pada lelaki bangsatnya.
Dia menyungging senyum tipis, lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. Kurasa itu lebih baik, dari pada terus bermuram durja.
“Pulanglah, Dil. Aku tidak ingin kamu ikut capek memikirkanku.” Katanya pelan.
Kupandangi tubuh krempengnya yang dibalut selimut putih garis-garis, aku tak bisa meninggalkannya sendirian di sebuah ruang VIP Rumah Sakit. Ada rasa menghablur menyesaki dada bilamana melihat keadaanya saat ini. Dulu dia tak sekurus sekarang, setidaknya tubuhnya padat dan berisi.
Dua bulan lalu kukenal dia di sebuah bis ketika dia dalam perjalanan pulang dan aku hendak berkunjung ke rumah kakek, kami sebangku, tak ada obrolan sedikitpun. Aku asyik mendengarkan MP3, sedang ia membaca buku tebal. Kelihatannya dia cewek polos yang kutubuku. Lamat-lamat aku memperhatikannya, dia berhidung mancung, bola matanya berwarna coklat, wajahnya putih bersih, bulu matanya panjang dan lentik, bibirnya merah tipis, serasi dengan bentuk mukanya yang oval. Walaupun bentuk tubuhnya tidak seideal model sabun lux, kurasa ia adalah keindahan dari langit. Dia tak bosan untuk dipandang, apalagi bibir tipisnya, seakan menumbuhkan hasrat. Aku pun memberanikan meminta nomor handphone-nya, ternyata dia gadis yang ramah. Kesetiaan cintalah yang kini membuat berat badannya turun drastis. Semenjak ia mengetahui, cowok satu-satunya di hatinya ternyata tidak hanya memiliki satu cewek.
Dan tahukah kamu apa reaksinya ketika dia mengetahui cowoknya selingkuh? Selingkuh yang pertama, dia maafkan. Selingkuh yang kedua….
Ketika selingkuhannya yang kedua mengiriminya pesan via situs jejaring sosial facebook.
Lo pacar Kudil emang?
Iya, kenapa gitu?
Gak. Nanya aja!
Kamu pacar barunya yaa…?
Gak kok. Cuma temen kerjanya.
Gak apa-apa, jujur aja. Jujur memang menyakitkan, tetapi lebih sakit lagi kalau menahan kejujuran. Kudil juga udah cerita kok.
Udah enggak  semenjak gue tahu lo pacarnya.
Selanjutnya dia meng-add selingkuhan cowoknya, menjadikan temannya. Selingkuhannya mengkonfirm.
Trims yaa sudah dikonfirm.
Ah, lo lebay deh! Segitunya. Lo sayang banget kayaknya sama tuh cowok!
Hee… maksudnya terima kasih sudah menjadi temanku. Nambah temen kan nambah saudara. Maafin Kudil ya udah nyakitin kamu. Aku selalu berusaha memberikan kasih sayang yang terbaik pada cowok yang telah menjadi pacarku, walau mungkin banyak kekurangan.
Lo masih pacaran ama dia?
Ia masih.
Lo pernah diapain sih sama si Kudil, sampe lo bertahan?
Disentuh pun belum. Aku ketemu dengan dia juga rame-rame.
Aku menghela nafas pendek, membaca sederet percakapan yang kucuri di inbox fb-nya, sebagai teman dekat, aku mengetahui password-nya. Dalam hal ini, dia yang tersakiti, kekasihnya telah berpacaran dengan wanita lain secara diam-diam, tetapi dia memintakan maaf atas nama kekasihnya. “Maafin Kudil ya udah nyakitin kamu”. Dia benar-benar gadis yang tulus, tidak sepantasnya si bangsat itu menyia-nyiakannya. Kalau aku sebagai cowoknya, sudah pasti malu padanya dan mungkin bertekuk lutut di kakinya. Hanya mungkin, pria ini tidak berpikir!
Gara-gara pria bangsat pacarnya itu, dia sampai tidak makan tiga hari, dehidrasi, kekurangan cairan tubuh, kekurangan asupan makanan, hingga saat mengajar di kelas ia pingsan. Akhirnya ia mendekam di rumah sakit, diopname. Tapi pacarnya itu mana, adakah ia mengetahui keadaannya? Adakah ia peduli? Seandainya ada, sudah pasti kutonjok pria itu. Telah membuat hati perempuan begitu hancur. Lewat linangan air mata, aku bisa merasakan perih hatinya.
“Kenapa sih kamu masih mau sama cowok yang jelas-jelas tidak benar-benar menyayangimu? Apa tidak terlalu berharga air matamu dibuang cuma-cuma untuk menangisi pria yang tidak bertanggungjawab atas cintanya itu? Kamu gadis yang cantik, pintar dan berpendidikan. Kamu bisa mendapatkan cowok yang lebih berharga darinya, yang lebih menghargai cinta. Dia hanya pelayan toko, cuma tamatan SMA, kamu anak kuliahan, kamu pun sekarang sedang merintis karir mengajar di sekolah. Hallo, buka matamu. Jangan sampai cinta membutakan dan menulikanmu…!”
Dia malah meneteskan air mata.
“Cukup! Biar dia tidak menghargai cinta, tetapi aku menghargai setiap cinta yang menyentuh hatiku! Biar dia hanya pelayan toko, cuma tamatan SMA, tidak punya gelar akademik atau apalah… itu semua tidak penting bagi aku.  Lagipula, dia selingkuh tidak semata-mata kesalahannya. Aku yang salah, aku tak selalu ada saat dibutuhkannya. Aku jarang perhatian, aku jarang nelpon, hanya bisa SMS. Kami pacaran jarak jauh, aku di Bandung, dia di Jakarta. Mungkin dia butuh teman untuk menyenangkan hatinya. Jadi, tolong jangan pojokkan dia.” Pintanya memelas.
Dia selalu punya alasan untuk membela prianya, walau jelas-jelas sudah selingkuh dengan enam orang cewek sekaligus. Dia adalah yang kedua. Dan dia yang paling bertahan. Dia bertahan dengan kesetiaannya. Sepertinya tak pernah terlintas untuk mencari pengganti selain kekasihnya, dia lebih suka dia menderita, menderita dengan kesetiaannya. Lidahku kelu, dia benar-benar telah ditulikan oleh cinta.
 “Benar katamu, kalau aku mau, aku bisa selingkuh juga. Tapi aku tidak lebih bahagia jika melakukannya. Karena kalau pacarku lebih dari satu, itu artinya aku cewek gampangan, turun harga diriku sebagai wanita. Menderita adalah pilihanku. Menangis itu menyehatkan, olahraga mata. Biarlah aku yang disakiti tapi orang lain tidak.”
Akh, engkau. Sebenarnya perkataanmu pun sangat menyakitkan. Aku tak percaya masih ada wanita yang polos dan lugu sepertimu di zaman sekarang ini.
Dan parahnya lelaki bangsat itu adalah aku!!! Rasanya aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri atas kelakukanku padanya.
“Aku benar-benar pria bodoh yang tidak mengerti arti kasih sayang dan cinta. Aku terlalu banyak disakiti wanita, hingga aku bertemu kamu dan niatku adalah menyakiti, sama ketika wanita-wanita menyakitiku. Aku ingin mereka merasakan betapa sakitnya dikhianati dan dihancurkan. Lalu aku pun tanpa punya hati menghancurkan kamu, menganggap wanita adalah sama. Aku tidak pernah percaya pada wanita termasuk pada ibuku sendiri!” kataku penuh kehancuran.
Kamu menggigit bibir, seraya melempar pandang ke luar jendela. Air matamu masih menggenang di sana, di kelopak mata coklatmu.
“Dalam ilmu psikologi, ada dua faktor lelaki selingkuh. Pertama, karena faktor genetik, kedua karena memang hobi. Kalau kamu termasuk yang mana?”
“Sudah kubilang aku tidak percaya sama ibuku sendiri. Bagaimana aku bisa mempercayai wanita lain? Aku tidak akan pernah setia selagi masih berpacaran. Kamu, carilah cowok yang lebih baik dari aku, yang lebih sederajat pendidikannya denganmu. Memang lebih baik kita putus saja, biar kamu tidak menderita seperti ini, tidak harus memikirkan aku yang tidak menghargai kesetiaanmu.” Dalam berkata seperti itu, sebenarnya hatiku menangis. Aku takut bila dia akan meninggalkanku. Dia tidak sekedar cewek yang baik, tapi juga cewek yang benar. Banyak sekali cewek yang baik di dunia, tetapi cewek yang benar sulit tuk didapatkan.
“Dan kamu pikir aku lebih bahagia bila putus denganmu?” Kamu menatap ke dalam mataku, aku sangat takut melihat butiran bening itu lagi, ia siap membasahi pipimu lagi. Kamu terlihat sangat lemah.
“Maafkan aku. Aku bukan cowok yang baik untuk kamu. Aku hanya ingin hidup dengan kebencian pada orang-orang.” Biar kesakitan ini menjadi lengkap, setelah kamu pun pergi. Sama seperti ibu meninggalkanku entah ke mana. Hanya melahirkanku ke dunia, tetapi tidak merawatku. Aku dibiarkannya hidup sendiri di kejamnya kota ini.
“Maafkan juga, cintaku tak sempurna buatmu. Kamu sudah dua kali minta putus, aku tak bisa memaksamu lagi, segimanapun sayangnya aku sama kamu. Kamu boleh meninggalkanku, dengan satu syarat: tolong belajar mencintai wanita yang telah melahirkanmu, aku memang tidak mengerti benar permasalahan kamu dan ibumu. Tapi aku yakin, setelah kamu merendah hati untuk minta maaf, hidupmu akan lebih bahagia. Kebencian hanya akan membuatmu tambah terpuruk.”
Kulihat kamu berusaha tersenyum tegar.
***
“Cintai ibumu lebih dari wanita-wanita lain. Aku tidak apa-apa kamu jadikan aku yang kedua, asal ibumu yang pertama.”
Kata-katamu terekam jelas di tempurung kepala, setelah kamu relakan kita pisah. Permintaan terakahirmu pun sungguh aneh, aku disuruh belajar mencintai ibu yang hanya melahirkanku ke dunia tanpa mengurusnya. Dari sekian banyak wanita yang masuk ke kehidupanku, kamulah wanita yang paling keras menyuruhku mencintai ibuku.
“Memang semenjak kamu brojol, ibumu langsung meninggalkanmu? Aku yakin ada hal-hal yang dia lakukan untukmu tanpa sepengetahuanmu.”
Begitulah kamu meyakinkan, beberapa hari sebelum kita putus.
Yang aku tahu, aku diurus dan dibesarkan oleh kakek-nenek dengan segala kekurangan. Di sekolahkan hingga tingkat SMA, aku tidak pernah tahu rupa ayah ibuku. Katanya mereka cerai sewaktu umurku baru dua tahun, ayah kembali ke kampung asalnya dan ibu ke luar negeri.
Aku sangat membenci ibuku!! Ke mana dia saat aku sakit dan butuh kasih sayang? Tak ada!
Aku mencoba berpacaran dengan beberapa wanita, hasilnya aku selalu diduakan, dikhianati atau ditinggal kawin. Aku benci semua wanita. Ketika bertemu kamu di bus, kamu sangat menarik, tadinya aku hanya ingin mempermainkanmu, merasa puas bila sudah memutuskan cinta. Kenapa malah aku yang dipermainkan perasaanku? Aku mengakuinya, kata-kata yang keluar dari mulutmu, serupa mutiara dari dasar laut. Tidak, aku tidak ingin melepaskan kamu! Aku tidak ingin mengulang kebodohan untuk yang kesekian kalinya.
Aku mengunjunginya lagi ke rumah sakit, kulihat dia tampak segar. Tetapi dia malah berkata.
“Jangan dekati aku... jangan pernah sentuh hatiku, jika hanya ingin menorehkan luka lagi… aku rela kamu pergi, asal kamu bahagia.”
“Maafkan aku, kemarin aku sangat emosi. Kurang memahamimu. Sekarang, bolehkah aku menghidupkan sinar matamu lagi? Bisakah aku membangkitkan senyum manismu lagi?”
Lagi-lagi dia menatap ke dalam mataku, seakan tak percaya. Dadaku berdebar kencang, takut dia sudah berubah pikiran. Senyumnya mengembang lembut, aku tidak akan menyia-nyiakan lagi perempuan seperti ini.
Pada akhirnya cinta akan selalu memaafkan, segimanapun hebatnya dia menyakiti. Aku yakin banget, cinta akan hadir bersama hati yang sabar, ikhlas, tulus dan rendah hati. Jika pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan, itu sama sekali bukan solusi.
Aku tersenyum membaca up date statusnya di facebook sepulang dari rumah sakit. Kubalas di komentar.

Kamu tidak sekedar cantik, tapi juga menawan. Bingung denganmu, kok ada yah perempuan berhati emas sepertimu?

Do'a-do'a Wudhu (Pengajian dasar PP. Al-Wasfiyah)

الدعاء الوضوء
(Do’a Wudhu Ponpes Al-Wasfiyah )


1.                          Do’a Nalika Ningali Cai

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَنِعْمَتِهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ  الَّذِيْ جَعَلَ الْمَاءَ طَهُوْرًا وَاْلاِسْلَامَ نُوْرًا. رَبِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ هَمَزَةِ الشَّيَاطِيْنِ وَاَعُوْذُ رَبِّيْ اَنْ يَحْظُرُوْنَ

2.                          Do’a Nalika Nyabak Cai (Kokocok)

اَللَّهُمَّ احْفَظْ يَدَيَّ مِنْ مَعَاصِيْكَ كُلِّهَا. اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ اْليُمْنَى وَالْبَرَكَةَ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ السُّوْءِ وَالْهَلَكَةِ
3.                          Do’a Nalika  Kekemu

اَللَّهُمَّ اَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِى عِبَادَتِكَ. اَللَّهُمَّ اَسْكِنِيْ مِنْ حَوْضِ النَّبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأْسًا لَا اَضْمَاءُ بَعْدَهُ اَبَدًا
4.                          Do’a Nalika Ngingsrek Cai Kana Irung

اَللَّهُمَّ اَرِحْنِى رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَاَنْتَ غَنِّي رَاضٍ. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ مِنْ رَوَائِحِ النَّارِ وَسُوْءِالدَّارِ
5.                          Niat Wudhu

نَوَيْتُ الْوُضُؤَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ لِاِسْتِبَاحَةِ الصَّلَاةِ فَرْضً لِلَّهِ تَعَالَى
6.                          Do’a Nalika Ngawasuh Raray

اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهُ
7.                          Do’a Nalika Ngawasuh Panangan Katuhu

اَللَّهُمَّ اَعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِيَمِنِيْ وَحَسِّبْنِيْ حِسَابًا يَّسِيْرًا
8.                          Do’a Nalika Ngawasuh Panangan Kenca

اَللَّهُمَّ لَاتُعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِسِمَالِى اَوْ مِنْ وَّرَاءِ ظَهْرِيْ
9.                          Do’a Nalika Ngusap Mastaka  Sakedik

اَللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلَى النَّارِ وَاَظِلَّنِيْ تَحْتَ اَرْسِكَ يَوْمَ لَا ظِلَّ اِلَّا ظِلُّكَ
10.               Do’a Nalika Ngawasuh Cepil duanana

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَة
11.               Do’a Nalika Ngawasuh Sampean Katuhu

اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمَيَّ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تُثَبِّتُ فِيْهِ اَقْدَامُ الصَّالِحِيْنَ
12.               Do’a Nalika Ngawasuh Sampean Kenca

اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ اَنْ تَزِلَّ قَدَمَيَّ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيْهِ اَقْدَامُ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْمُشْرِكِيْنَ
13.               Do’a Saatos Wudhu

اَعُوْذُبِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اِنَّا اَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا اَدْرَىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ. سَلَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.
اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِرِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. سُبْحَانَكَ اَللُّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ. فَاغْفِرْلِي وَتُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ.



Wiridan Ba'da Shalat 5 Waktu



v  غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ, اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَاخَلَقَ.
v  اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِاَصْحَابِ الْحُقُوْقِ الْوَاجِبَاتِ عَلَيَّ وَلِمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِمِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ  (x3)
v  لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (x3)
v  اَللّٰهُمَّ اَجِرْنَامِنَ النَّارِ (x3) اَللّٰهُمَّ اَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلَامُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَادْخِلْنَاالْجَنَّةَ دَارُالسَّلَامِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَاْلجَلَالِ وَاْلِاكْرَامِ.
v  اَللّٰهُمَّ لَامَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلَامُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا رَادَّ لمِاَ قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ اْلجَدِّ
v  اَللّٰهُمَّ اَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ, لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ لَانَعْبُدُ اِلَّااِيَّاهُ وَلَهُ نِعْمَةُ اْلفَضْلِ وَلَهُ الثَّنَاءُ اْلحَسَنِ لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ. سُبْحَانَ مَنْ لَايَعْلَمُ قَدْرَهُ غَيْرُهُ وَلاَ يَبْلُغُ الْوَاصِفُوْنَ صِفَتَهُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَلِيِ اْلاَعْلٰى الْوَهَّابِ, اِلٰهِيْ اَنْتَ رَبِّي يَا مَوْلَانَا ﴿سُبْحَانَ اللهِ﴾ (x33) سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا اَبَدًا ﴿اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ﴾ (x33) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلٰى كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ ﴿اَلله اَكْبَرُ﴾ (x33) اَلله اَكْبَر كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً, لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. حَسْبُنَا الله وَنِعْمَ اْلوَكِيْلَ نِعْمَ اْلمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرَ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ, نَوَيْتُ تَقَرُّبًا اِلَى اللهِ اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ : ﴿ لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ﴾ (x33) لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ ﷺ كَلِمَةُ اْلحَقِّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَ عَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ اِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالٰى مِنَ اْلاٰمِنِيْنَ جَزَ اللهُ عَنَّا
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ ﷺ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ عَنْ كُلِّ الصَّحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ اٰمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Hadlarah/Tawassul Pondok Pesantren Al-Wasfiyah

حضرة فى المعهد "الوصفية"
(Hadlarah Ponpes Al-Wasfiyah)
v       اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْم اَلَّذِي لَااِلَهَ اِلَّا هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ
اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ
v           اِلىٰ حَضَرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى شَفَاعَةٍ رَّسُوْلِ اللهِ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ وَاَتْبَاعِهِ (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)
v           وَاِلٰى اَرْوَاحِ سَاذَاتِنَا اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرْ وَ عُثْمَانْ وَعَلِى وَ طَلْحَةَ وَسَعْدٍ وَ سَعِيْدٍ وَعَبْدِالرَّحْمَنِ ابْنِ عَوْفٍ وَ اَبِي عُبَيْدَةَ عَامِرِابْنِ الَجَرَاحِ وَالزُّبَيْرِ ابْنِ الْعَوَّامِ وَاُصُوْلِهِمْ وَ فُرُوْعِهِمْ وَاَهْلِ بَيْتِهِمْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)
v           ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ اْلاَرْبَعَةِ اْلَائِمَّةِ الْمُجْتَهِدِيْنَ وَ مُقَلِّدِهِمْ فِى الدِّيْنِ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْفُقَهَاءِ وَالْمُحَدِّثِيْنَ وَالْقُرَاءِ وِالْمُفَسِّرِيْنَ وَالسَّادَتِ الصُّوْفِيَةِ الْمُحَقِّقِيْنَ وَتَابِعِهِمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ  (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)
v           وَ اِلٰى اَرْوَاحِ سَاذَاتِنَا اَهْلِ الْمَعْلَى وَ الشُّبَيْكَةِ وَالْبَقِيْعِ وَاَمْوَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ كَافَّةً مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ اِلَى مَغَارِبِهَا فِى بَرِّهَا وَ بَحْرِهَا مِنْ يَمِيْنِهَا اِلىَ شِمَالِهَا (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)
v           وَ اِلٰى اَرْوَاحِ جَمِيْعِ اْلاَوْلِيَاءِ اللهِ تَعَالَى مِنْ مَشَارِقِ اْلاَرْضِ اِلَى مَغَارِبِهَا فِى بَرِّهَا وَ بَحْرِهَا مِنْ يَمِيْنِهَا. قَدَّسَ اللهُ اَسْرَارِهِمْ وَنَفَعَنَا بِهِمْ وَ بِعُلُوْمِهِمْ حُصُوْصًا اِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا سُلْطَانِ اْلاَوْلِيَاءِ الشَّيْخِ مُحْيِ الدِّيْنِ عَبْدِ الْقَادِرِ جَيْلَانِي قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَزِيْزِ (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)
v           هٰذَا هٰذِيَتُنَا حُصُوْصًا اِلٰى حَضْرَةِ شَيْخِنَا مَمَا طُبَاغُسْ اَحْمَدْ بَكْرِيْ بِنْ مَمَا طُبَاغُسْ سَيْدَا, وَشَيْخِنَا شَرِيْفْ هِدَايَةُ اللهْ بِنْ حَجِ عُمَرْ, وَشَيْخِنَا مَمَا عِزُّ الدِّيْنْ بِنْ مُحَمَّدْ شُعَيْبْ, وَشَيْخِنَا كِئَيِ حَجِ مُحَمَّدْ اَحْمَدْ نُوْحْ بِنْ حَجِ طَيِبْ, وَشَيْخِنَا كِئي حَجِ اَحْمَدْ زَيْنْ بِنْ كِئَيِ حَجِ مُحَمَّدِ اَحْمَدْ نُوْحْ, وَشَيْخِنَا اُسْتَاذ اَحْيَا بِنْ عَبْدُالْفَنِ, وَشَيْخِنَا اُسْتَاذ رُوْحَيْنْدِي بِنْ اَحْمَدْ شَفَوِيْ, وَشَيْخَتِنَا مَمَهْ اَتِكَهْ بِنْتِ اَكِيْ اَتَغْ. وَجَمِيْعِ الشُّيُوْخِنَا رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى وَرَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَغَفَرَ ذُنُوْبَهُمْ وَكَفَرَ سَيِّئَاتِهِمْ وَسَتَّرَ عُيُوْبَهُمْ وَنَوَّرَ وَعَطَّرَ وَوَسِّعَ ضَرِيْحَهُمْ وَنَفَعَنَا بِهِمْ وَبِعُلُوْمِهِمْ وَاَسْرَارِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ وَجَعَلَ الْجَنَّةَ مَأْوَاهُمْ وَيُعْلَى دَرَجَاتِهِمْ فِيْهَا (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)
v           هٰذَا هٰذِيَتُنَا حُصُوْصًا اِلٰى رُوْحِ ...............بن/بنت .................. وَغَفَرَ ذُنُوْبَهُمْ وَكَفَّرَ سَيِّئَاتِهِمْ وَسَتَّرَ عُيُوْبَهُمْ وَنَوَّرَ وَعَطَّرَ وَوَسِّعَ ضَرِيْحَهُمْ وَنَفَعَنَا بِهِمْ وَبِعُلُوْمِهِمْ وَاَسْرَارِهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ وَجَعَلَ الْجَنَّةَ مَأْوَاهُمْ وَيُعْلَى دَرَجَاتِهِمْ (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)

v           ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ اٰبَائِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاَزْوَاجِنَا وَاَوْلَادِنَا وَاِخْوَانِنَا وَاَجْدَادِنَا وَجَدَّتِنَا وَمَشَايِخِنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ (شَيْءٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةَ)

Silahkan dibaca !!! kisah ketua PHBI kita, Udil & Emot :-D

“Jangan dekati aku... jangan pernah sentuh hatiku.” Ujarnya dengan suara parau, cairan-cairan halus...