“Jangan
dekati aku... jangan pernah sentuh hatiku.”
Ujarnya dengan suara
parau, cairan-cairan halus itu menggenang di kantung matanya, menutupi
keindahan bola mata coklatnya. Aura kesedihan terpahat jelas di sana, dari nada
bicaranya, dari redup wajahnya. Gadis semolek itu, membiarkan tubuhnya
kurus-kerontang, mungkin digerogoti oleh cinta yang mengatasnamakan kesetiaan.
Yah, dia selalu menyebutnya ingin setia pada satu hati bila kumencoba
mendekatinya. Akh, dia terlalu setia pada lelaki yang tidak benar-benar setia
padanya. Tapi kenyataannya, kulihat dia sangat menderita dengan prinsip yang
dianutnya.
“Aku hanya ingin
menghidupkan sinar matamu. Sudah lama tak kulihat binar di wajahmu. Kamu sangat
manis bila tersenyum.” Godaku, mencoba lebih keras meyakinkannya.
Melihatnya terluka, aku
ikut pilu. Ingin sekali kuhapus butir-butir air matanya dan melabuhkan tubuhnya
di dada, namun tak ada keberanian untuk melakukan itu. Dia gadis yang beda,
yang menganut paham tidak ingin disentuh, dipeluk dan dicium sebelum janur
kuning melengkung di depan rumahnya. Betapa hanya lelaki beruntung yang dapat
menyentuhnya. Tetapi dia sangat menderita, lihatlah wajahnya yang semula
semerah delima kini tampak pias, matanya selalu sembap seperti tak pernah bosan
menangis. Menangisi pria yang menurutku sangat bangsat! Namun dia masih sangat
setia pada lelaki bangsatnya.
Dia menyungging senyum
tipis, lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. Kurasa itu lebih baik, dari pada
terus bermuram durja.
“Pulanglah, Dil. Aku tidak ingin kamu ikut capek memikirkanku.” Katanya
pelan.
Kupandangi tubuh
krempengnya yang dibalut selimut putih garis-garis, aku tak bisa
meninggalkannya sendirian di sebuah ruang VIP Rumah Sakit. Ada rasa menghablur
menyesaki dada bilamana melihat keadaanya saat ini. Dulu dia tak sekurus
sekarang, setidaknya tubuhnya padat dan berisi.
Dua bulan lalu kukenal
dia di sebuah bis ketika dia dalam perjalanan pulang dan aku hendak berkunjung
ke rumah kakek, kami sebangku, tak ada obrolan sedikitpun. Aku asyik
mendengarkan MP3, sedang ia membaca buku tebal. Kelihatannya dia cewek polos
yang kutubuku. Lamat-lamat aku memperhatikannya, dia berhidung mancung, bola
matanya berwarna coklat, wajahnya putih bersih, bulu matanya panjang dan lentik,
bibirnya merah tipis, serasi dengan bentuk mukanya yang oval. Walaupun bentuk
tubuhnya tidak seideal model sabun lux,
kurasa ia adalah keindahan dari langit. Dia tak bosan untuk dipandang, apalagi
bibir tipisnya, seakan menumbuhkan hasrat. Aku pun memberanikan meminta nomor handphone-nya, ternyata dia gadis yang
ramah. Kesetiaan cintalah yang kini membuat berat badannya turun drastis.
Semenjak ia mengetahui, cowok satu-satunya di hatinya ternyata tidak hanya
memiliki satu cewek.
Dan tahukah kamu apa
reaksinya ketika dia mengetahui cowoknya selingkuh? Selingkuh yang pertama, dia
maafkan. Selingkuh yang kedua….
Ketika selingkuhannya
yang kedua mengiriminya pesan via situs jejaring sosial facebook.
Lo
pacar Kudil emang?
Iya, kenapa
gitu?
Gak.
Nanya aja!
Kamu pacar
barunya yaa…?
Gak
kok. Cuma temen kerjanya.
Gak
apa-apa, jujur aja. Jujur memang menyakitkan, tetapi lebih sakit lagi kalau
menahan kejujuran. Kudil juga udah cerita kok.
Udah
enggak semenjak gue tahu lo pacarnya.
Selanjutnya dia meng-add selingkuhan cowoknya, menjadikan
temannya. Selingkuhannya mengkonfirm.
Trims yaa
sudah dikonfirm.
Ah,
lo lebay deh!
Segitunya. Lo sayang banget kayaknya sama tuh cowok!
Hee…
maksudnya terima kasih sudah menjadi temanku. Nambah temen kan nambah saudara.
Maafin Kudil ya
udah nyakitin kamu. Aku selalu berusaha memberikan kasih sayang yang terbaik
pada cowok yang telah menjadi pacarku, walau mungkin banyak kekurangan.
Lo
masih pacaran ama dia?
Ia masih.
Lo
pernah diapain sih sama si Kudil,
sampe lo bertahan?
Disentuh
pun belum. Aku ketemu dengan dia juga rame-rame.
Aku menghela nafas
pendek, membaca sederet percakapan yang kucuri di inbox fb-nya, sebagai
teman dekat, aku mengetahui password-nya.
Dalam hal ini, dia yang tersakiti, kekasihnya telah berpacaran dengan wanita
lain secara diam-diam, tetapi dia memintakan maaf atas nama kekasihnya. “Maafin Kudil ya udah
nyakitin kamu”. Dia benar-benar
gadis yang tulus, tidak sepantasnya si bangsat itu menyia-nyiakannya. Kalau aku
sebagai cowoknya, sudah pasti malu padanya dan mungkin bertekuk lutut di
kakinya. Hanya mungkin, pria ini tidak berpikir!
Gara-gara pria bangsat
pacarnya itu, dia sampai tidak makan tiga hari, dehidrasi, kekurangan cairan
tubuh, kekurangan asupan makanan, hingga saat mengajar di kelas ia pingsan.
Akhirnya ia mendekam di rumah sakit, diopname. Tapi pacarnya itu mana, adakah
ia mengetahui keadaannya? Adakah ia peduli? Seandainya ada, sudah pasti
kutonjok pria itu. Telah membuat hati perempuan begitu hancur. Lewat linangan
air mata, aku bisa merasakan perih hatinya.
“Kenapa sih kamu masih mau
sama cowok yang jelas-jelas tidak benar-benar menyayangimu? Apa tidak terlalu
berharga air matamu dibuang cuma-cuma untuk menangisi pria yang tidak
bertanggungjawab atas cintanya itu? Kamu gadis yang cantik, pintar dan
berpendidikan. Kamu bisa mendapatkan cowok yang lebih berharga darinya, yang
lebih menghargai cinta. Dia hanya pelayan toko, cuma tamatan SMA, kamu anak
kuliahan, kamu pun sekarang sedang merintis karir mengajar di sekolah. Hallo, buka matamu. Jangan sampai cinta membutakan
dan menulikanmu…!”
Dia malah meneteskan
air mata.
“Cukup! Biar dia tidak
menghargai cinta, tetapi aku menghargai setiap cinta yang menyentuh hatiku!
Biar dia hanya pelayan toko, cuma tamatan SMA, tidak punya gelar akademik atau
apalah… itu semua tidak penting bagi aku.
Lagipula, dia selingkuh tidak semata-mata kesalahannya. Aku yang salah,
aku tak selalu ada saat dibutuhkannya. Aku jarang perhatian, aku jarang nelpon,
hanya bisa SMS. Kami pacaran jarak jauh, aku di Bandung, dia di Jakarta.
Mungkin dia butuh teman untuk menyenangkan hatinya. Jadi, tolong jangan
pojokkan dia.” Pintanya memelas.
Dia selalu punya alasan
untuk membela prianya, walau jelas-jelas sudah selingkuh dengan enam orang
cewek sekaligus. Dia adalah yang kedua. Dan dia yang paling bertahan. Dia
bertahan dengan kesetiaannya. Sepertinya tak pernah terlintas untuk mencari
pengganti selain kekasihnya, dia lebih suka dia menderita, menderita dengan
kesetiaannya. Lidahku kelu, dia benar-benar telah ditulikan oleh cinta.
“Benar katamu, kalau aku mau, aku bisa
selingkuh juga. Tapi aku tidak lebih bahagia jika melakukannya. Karena kalau
pacarku lebih dari satu, itu artinya aku cewek gampangan, turun harga diriku
sebagai wanita. Menderita adalah pilihanku. Menangis itu menyehatkan, olahraga
mata. Biarlah aku yang disakiti tapi orang lain tidak.”
Akh, engkau. Sebenarnya
perkataanmu pun sangat menyakitkan. Aku tak percaya masih ada wanita yang polos
dan lugu sepertimu di zaman sekarang ini.
Dan parahnya lelaki bangsat
itu adalah aku!!! Rasanya aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri atas
kelakukanku padanya.
“Aku benar-benar pria
bodoh yang tidak mengerti arti kasih sayang dan cinta. Aku terlalu banyak
disakiti wanita, hingga aku bertemu kamu dan niatku adalah menyakiti, sama
ketika wanita-wanita menyakitiku. Aku ingin mereka merasakan betapa sakitnya
dikhianati dan dihancurkan. Lalu aku pun tanpa punya hati menghancurkan kamu,
menganggap wanita adalah sama. Aku tidak pernah percaya pada wanita termasuk
pada ibuku sendiri!” kataku penuh kehancuran.
Kamu menggigit bibir,
seraya melempar pandang ke luar jendela. Air matamu masih menggenang di sana,
di kelopak mata coklatmu.
“Dalam ilmu psikologi,
ada dua faktor lelaki selingkuh. Pertama, karena faktor genetik, kedua karena
memang hobi. Kalau kamu termasuk yang mana?”
“Sudah kubilang aku
tidak percaya sama ibuku sendiri. Bagaimana aku bisa mempercayai wanita lain?
Aku tidak akan pernah setia selagi masih berpacaran. Kamu, carilah cowok yang
lebih baik dari aku, yang lebih sederajat pendidikannya denganmu. Memang lebih
baik kita putus saja, biar kamu tidak menderita seperti ini, tidak harus
memikirkan aku yang tidak menghargai kesetiaanmu.” Dalam berkata seperti itu,
sebenarnya hatiku menangis. Aku takut bila dia akan meninggalkanku. Dia tidak
sekedar cewek yang baik, tapi juga cewek yang benar. Banyak sekali cewek yang
baik di dunia, tetapi cewek yang benar sulit tuk didapatkan.
“Dan kamu pikir aku
lebih bahagia bila putus denganmu?” Kamu menatap ke dalam mataku, aku sangat
takut melihat butiran bening itu lagi, ia siap membasahi pipimu lagi. Kamu
terlihat sangat lemah.
“Maafkan aku. Aku bukan
cowok yang baik untuk kamu. Aku hanya ingin hidup dengan kebencian pada
orang-orang.” Biar kesakitan ini menjadi lengkap, setelah kamu pun pergi. Sama
seperti ibu meninggalkanku entah ke mana. Hanya melahirkanku ke dunia, tetapi
tidak merawatku. Aku dibiarkannya hidup sendiri di kejamnya kota ini.
“Maafkan juga, cintaku
tak sempurna buatmu. Kamu sudah dua kali minta putus, aku tak bisa memaksamu
lagi, segimanapun sayangnya aku sama kamu. Kamu boleh meninggalkanku, dengan
satu syarat: tolong belajar mencintai wanita yang telah melahirkanmu, aku memang
tidak mengerti benar permasalahan kamu dan ibumu. Tapi aku yakin, setelah kamu
merendah hati untuk minta maaf, hidupmu akan lebih bahagia. Kebencian hanya
akan membuatmu tambah terpuruk.”
Kulihat kamu berusaha
tersenyum tegar.
***
“Cintai
ibumu lebih dari wanita-wanita lain. Aku tidak apa-apa kamu jadikan aku yang
kedua, asal ibumu yang pertama.”
Kata-katamu terekam
jelas di tempurung kepala, setelah kamu relakan kita pisah. Permintaan terakahirmu
pun sungguh aneh, aku disuruh belajar mencintai ibu yang hanya melahirkanku ke
dunia tanpa mengurusnya. Dari sekian banyak wanita yang masuk ke kehidupanku,
kamulah wanita yang paling keras menyuruhku mencintai ibuku.
“Memang
semenjak kamu brojol, ibumu langsung meninggalkanmu? Aku yakin ada hal-hal yang
dia lakukan untukmu tanpa sepengetahuanmu.”
Begitulah kamu
meyakinkan, beberapa hari sebelum kita putus.
Yang aku tahu, aku
diurus dan dibesarkan oleh kakek-nenek dengan segala kekurangan. Di sekolahkan
hingga tingkat SMA, aku tidak pernah tahu rupa ayah ibuku. Katanya mereka cerai
sewaktu umurku baru dua tahun, ayah kembali ke kampung asalnya dan ibu ke luar
negeri.
Aku sangat membenci
ibuku!! Ke mana dia saat aku sakit dan butuh kasih sayang? Tak ada!
Aku mencoba berpacaran
dengan beberapa wanita, hasilnya aku selalu diduakan, dikhianati atau ditinggal
kawin. Aku benci semua wanita. Ketika bertemu kamu di bus, kamu sangat menarik,
tadinya aku hanya ingin mempermainkanmu, merasa puas bila sudah memutuskan
cinta. Kenapa malah aku yang dipermainkan perasaanku? Aku mengakuinya,
kata-kata yang keluar dari mulutmu, serupa mutiara dari dasar laut. Tidak, aku
tidak ingin melepaskan kamu! Aku tidak ingin mengulang kebodohan untuk yang
kesekian kalinya.
Aku mengunjunginya lagi
ke rumah sakit, kulihat dia tampak segar. Tetapi dia malah berkata.
“Jangan
dekati aku... jangan pernah sentuh hatiku, jika hanya ingin menorehkan luka
lagi… aku rela kamu pergi, asal kamu bahagia.”
“Maafkan aku, kemarin
aku sangat emosi. Kurang memahamimu. Sekarang, bolehkah aku menghidupkan sinar matamu
lagi? Bisakah aku membangkitkan senyum manismu lagi?”
Lagi-lagi dia menatap
ke dalam mataku, seakan tak percaya. Dadaku berdebar kencang, takut dia sudah
berubah pikiran. Senyumnya mengembang lembut, aku tidak akan menyia-nyiakan
lagi perempuan seperti ini.
Pada
akhirnya cinta akan selalu memaafkan, segimanapun hebatnya dia menyakiti. Aku
yakin banget, cinta akan hadir bersama hati yang sabar, ikhlas, tulus dan
rendah hati. Jika pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan, itu sama sekali
bukan solusi.
Aku tersenyum membaca up date statusnya di facebook sepulang dari rumah sakit.
Kubalas di komentar.
Kamu
tidak sekedar cantik, tapi juga menawan. Bingung denganmu, kok ada yah
perempuan berhati emas sepertimu?










































